PUISI WIRA NAGARA DISTILASI ALKENA



Pernah bahagia kita merekah indah,
Tanpa sedikitpun gelisah,
Saat lantunann rindu adalah alasan setiap pertemuan,
Saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.

Semurung mendung sederas hujan,
Mimpiku memuai hebat pada ketiadaan,
Aku tak pernah menyesal akan keputusanmu memilihnya,
Yang aku sesalkan adalah tiada sedikitpun kesempatan bagiku membuatmu bahagia.

Kesalahanku, mejadikanmu alasan segala rindu,
Waktu pun mengurai tetes hujan menjadi bulir-bulir kenangan,
Ia menelusup tanpa permisi membasahi nurani,
Merangkak naik menyusun kata yang dibicarakan oleh pelupuk,
Memaksa mata bekerja mengeluarkan kalimat penuh derita.

Degup jantung menyapu detik,
Menyuarakan penyesalan yang runtuh menitik,
Bukan perih yang aku ratapi,
tapi pengertian yang tak pernah kau beri,
SADARLAH! Aku telah mencintaimu dengan terengah-engah,
Mencibir oksigen dengan menjadikanmu satu-satunya udara yang aku izinkan mengisi setiap rongga.

Menghempas darah dengan namamu,
Yang membuat jantungku tetap berirama,
Padamu aku jatuh hati,
bahkan sebelum tuhan merencanakan adam dan hawa diturunkan ke bumi,
kesalahanku, tak pernah mencintai selain kamu.


Tingkat sepi paling mengerikan adalah sepi dalam keramaian,
Mengulik rasa secra primitive dan tak mengenali dunia telah jauh mengalami perubahan,
Bagaimana mungkin aku menjauh jika hanya padamu keakuanku luluh,
Bagaimana mungkin aku pergi jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku berpindah bila hanya padamu hatiku bisa singgah?
Bagaimana mungkin? Kau memilih orang lain.

Detik yang berbaris hanya membuat pengharapan semakin miris,
Kau tak bergeming, kau tak pernah menjawab dengan alasan caraku mendambamu terlalu bising,
Otakku terus meneriakkan penyesalan sembari bertanya tentang kenapa,
Pada sikapmu yang terlalu membuat semesta menerka-nerka,
Tangkupan tanganku masih saja menggenggam harap untukmu,
Namun keegoisanmu membuatnya kosong laksanan harapan semu,
Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain namamu.

Cinta tak selamanya tentang kepemilikan,
Tapi cinta adalah tentang keikhlasan,
Segala rela aku tumpahkan,
Pada rajutan tinta yang menulis namaku dalam undangan pernikahan,
Paling tidak aku pernah merasakan perihnya ditolak tanpa penjelasan,
Paling tidak aku pernah menyadari sakitnya mendamba tanpa balas peduli,
Paling tidak,
Aku akhirnya bisa melihat sosok terbaik yang akan mendapingimu,
Memakaikan cincin dijermarimu,
Mencium keningmu,
Dan bersanding bahagia berbagi senyuman denganmu.


Terimakasih atas segala rasa,
Pada hari itu aku pun turut mengucap bahagia,
Mencoba ikhlas walau air mata mengucur deras,
Kesalahanku, adalah tak pernah merasa,
Bahwa untukku kau tak pernah punya cinta.

Subscribe to receive free email updates:

10 Responses to "PUISI WIRA NAGARA DISTILASI ALKENA"