Ia juga
mengisyaratkan bahagiadalam derai air mata.
Menegaskan bahwa tak
bisa melupakanmu
Bukan berarti aku tak
bisa menemukan cinta yang baru.
Sebab rindu ini bagai
pualam,
Aku harus membiasakan
ia tergesek beragam rasa agar tetap berkilau tak seragam.
Agar hati tak berubah
menjadi jeruji tanpa warna yang bergantian menghiasi.
Cinta, hadirmu ada,
menyajikan sebuah karunia.
Aku jatuh cinta,
kelip bintang dan terang bulan terasa biasa.
Entahlah, mungkin
mereka kalah meriah oleh hatiku yang kian merekah.
Melangkah,
Keluar dari peparumu
yang menghimpit sesak,
Menyapu debu-debu
masa lalu yang hinggap disudut riak.
Mendorongnya hingga
kerongkongan,
membereskan sisa janjimu yang masih
menempel di perasaan.
Bermuara pada mulut,
mengumpulkan pahit,
Mengeja secara urut,
membuat semua rasa sakit.
Cuh! Ludah itu
untukmu dan semua masa laluku.
Berpindah,
Melawan arus rindu
yang biasanya, mengalahkan keinginan untuk mencintaimu selamanya.
Menggedor beribu
pintu, menawarkan cinta yang baru.
Bersiap untuk berjuta kenyamanan
yang hadir saat dipersilakan,
Berpeluk kembali pada setiap
kecewa yang jatuh saat penolakan.
Tak masalah, bagiku itu lebih
terpuji dari pada hidup dihatimu lagi.
Sebab kini malamku, bukan lagi
tentang kamu.
Singgah,
Ke tiap hati yang
semangat membuncah.
Mencari yang paling
tepat,
Kadang terlalu jauh
mencari hingga melupakan hati yang paling dekat.
Menyusuri ruang
penasaran terbaik, berpasrah akan kembalinya perasaan yang dibolak-balik.
Berputar hebat
merotasi waktu sebab telah datang pesona gugup menunggu hadir sebuah temu.
Memberikejutan yang menyenangkan,
Member pelukan yang menenangkan.
Mengakhiri dengan kecup,
menegaskan masa lalu telah ku tutup.
Sampai, menetap dengan indah,
Pada satu hati. Di satu cinta
yang mendiami.
Setia pada pilihan, walau jauh
dari kesempunaan.
Sebab bahagia itu diciptakan
bukan ditemukan.
Bertanggung jawab
secara adil pada setiap keping hatinya yang aku ambil.
Bertanggung jawab
secara penuh agar hubungna tetaap utuh.
Menjadi satu-satunya
alasan cinta yang jatuh tanpa memaksa harapan lain harus runtuh.
Menjagamu, tetap utuh
di pelukanku, hingga terlepas oleh kehendak waktu.
Karena kamu kini
adalah kamu, bukan lagi tentang dia.
0 Response to "KARYA WIRA NAGARA ELEGI HEMOSTATIS"
Post a Comment